
Menyikapi hal itu, Sudhir menyatakan perusahaannya telah mengirimkan surat hukum kepada perusahaan yang mengekspor obat-obatan tersebut ke Kamboja.
Keterangan dari WHO mengatakan bahwa obat yang digunakan untuk meredakan dada tersumbat dan gejala batuk itu, diuji kelayakannya oleh regulator obat berbasis Australia, yakni Therapeutic Goods Administration.
Guaifenesin TG merupakan jenis obat batuk sirup kedua buatan India yang diberi peringatan oleh WHO karena beracun bagi manusia.
Obat sirup tersebut dipasarkan oleh Trillium Pharma, yang berbasis di Negara Bagian Haryana. BBC tidak dapat menghubungi perwakilan Trillium melalui telepon. Pemerintah India juga belum menanggapi peringatan terbaru.

Pernyataan tersebut menambahkan bahwa baik produsen maupun pemasar tidak memberikan jaminan kepada WHO atas keamanan dan kualitas produk ini.
India merupakan pengekspor obat generik terbesar di dunia, memenuhi sebagian besar kebutuhan medis di negara-negara berkembang.
Pada Oktober tahun lalu, WHO mengeluarkan peringatan global terhadap empat sirup obat batuk buatan Maiden Pharmaceuticals yang menyebabkan kematian 66 anak akibat cedera ginjal di Gambia.
Pihak berwenang dari pemerintah India dan produsen obat batuk Maiden Pharmaceuticals keduanya membantah tudingan tersebut.
Pada Maret, India membatalkan lisensi produksi sebuah perusahaan yang sirup obat batuknya menyebabkan kematian 18 anak di Uzbekistan.
Awal bulan ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat (AS) menemukan bahwa produsen obat tetes mata India yang menyebabkan tiga kematian dan infeksi serius di negeri Paman Sam tersebut telah melanggar beberapa norma keamanan.
Tinggalkan Balasan