Turki atau Turkey resmi berganti nama secara internasional menjadi Turkiye pada 1 Juni 2022. (Foto: Ist/AP)

Dengan transformasi nama Persia menjadi Iran, Reza Pahlavi menginginkan agar seluruh etnis atau keturunan Persia bisa Bersatu.

Nama Persia diyakini membuat rakyat Persia kala itu terkotak-kotak. Antara etnis Kurds dan Turds tidak dapat Bersatu secara utuh dan memiliki rasa kebersamaan. Untuk itu, nama Iran diharapkan bisa menyatukan mereka.

Selain itu, nama Persia dianggap memiliki konitasi yang kurang baik, bisa diartikan sebuah hal yang ‘lemah’ dan bisa menghambat perkembangan dinasti di tengah-tengah ancaman imperialisme dari Eropa.

Sementara, nama ‘Iran” diartikan ‘tanah bangsa Arya’ dianggap sebagai representasi dari sebuah kekuatan dan kemakmuran. Juga sebagai simbol kebangkitan dan pembangkit semangat nasionalisme seluruh rakyat.

3. Myanmar

Dulu negara ini bernama Burma, merupakan salah satu negara yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan dua nama yakni Myanmar dan Burma.

Namun, pemerintahan junta militer mengubah nama Burma menjadi Myanmar pada 1989 setelah ratusan orang terbunuh dalam upaya untuk menekan pemberontakan rakyat.