Seorang anak di Gaza mengalami luka cukup parah akibat serangan udara militer Israel. (Foto: AP)

Dia memperkirakan, jumlah korban jiwa akan meningkat secara eksponensial jika inkubator mulai tidak berfungsi, rumah sakit menjadi gelap, jika anak-anak terus meminum air yang tidak aman, dan tidak memiliki akses terhadap obat-obatan ketika mereka sakit.

Selain itu, seluruh penduduk Jalur Gaza, yang berjumlah hampir 2,3 juta orang, menghadapi kekurangan air yang parah dan mendesak, yang menimbulkan konsekuensi serius bagi anak-anak.

Menurut organisasi di bawah naungan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tersebut, sebagian besar sistem air terkena dampak parah atau tidak dapat beroperasi karena kombinasi beberapa faktor, termasuk kekurangan bahan bakar dan kerusakan pada infrastruktur produksi, pengolahan, dan distribusi yang penting.

Saat ini, kapasitas produksi air hanya lima persen dari produksi harian biasanya.

UNICEF pum mengimbau kepada semua pihak untuk menyetujui dilakukannya gencatan senjata, mengizinkan akses kemanusiaan dan membebaskan semua sandera.

“Bahkan perang pun mempunyai aturan. Warga sipil harus dilindungi, khususnya anak-anak, dan segala upaya harus dilakukan untuk menyelamatkan mereka dalam segala situasi,” ucapnya.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan banyak orang yang terluka terbaring di tanah tanpa intervensi medis dasar, dan yang lainnya menunggu berhari-hari untuk dioperasi karena begitu banyak pasien kritis.

“Situasi di Jalur Gaza semakin menodai hati nurani kita. Tingkat kematian dan cedera pada anak-anak sungguh mencengangkan,” kata Khodr.